Rabu, 17 September 2008

INDUSTRI INFORMASI DI INDONESIA

Setiap orang memerlukan informasi untuk menunjang kegiatan mereka dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peningkatan taraf hidup mereka. Informasi yang dibutuhkan tersebut antara lain : (a) kebutuhan informasi rutin (every day need) (b) kebutuhan informasi mutakhir (currend need) (c) kebutuhan informasi mendalam (exhaustive need) dan (d) kebutuhan informasi sekilas (cathching need). Seperti yang disampaikan Lasa HS (1998: 65). Karena itulah maka informasi kemudian merupakan kebutuhan yang selayaknya mendapatkan pemenuhan yang cukup.
Dari sinilah kemudian muncul bahwa informasi merupakan sebuah komoditas yang bernilai sangat tinggi dan sangat memegang peranan dalam dunia ekonomi. Untuk mendapatkan informasi yang berkualitas tinggi, maka informasi itu harus dapat ditandai dengan tiga pilar utama, yaitu accuracy, time lines dan relevancy. (Feather John, 1998}. Informasi yang akurat dimaksudkan informasi tersebut tepat dan sesuai sasaran serta bebas dari keberpihakan/bias. Informasi yang tepat waktu dimaksudkan informasi tersebut disampaikan tepat pada waktu yang dikehendaki oleh pencarinya. Sedangkan relevan dimaksudkan informasi tersebut punya kecocokan dan berhubungan dengan informasi yang dicari.
Walaupun ekonomi baru telah melanda dunia yaitu dengan munculnya apa yang disebut dengan new economy, sebagai kontribusi dari era ekonomi informasi yang menambahkan nilai nir-batas (borderless), transparansi, free-trade, real-time, dan demokratisasi pada ekonomi sebelumnya.Ekonomi baru ini kemudian ditandai dan banyak diwarnai oleh eforia bisnis dot.com.yang merupakan upaya menambahkan nilai-nilai old economy yang diperkuat oleh adanya teknologi informasi dan ICT (Information and Communication Technology). Akhirnyapun paradigma ekonomi tetap tidak berubah yaitu bagaimana memberikan keuntungan maksimal dalam semua aktivitas bisnis.
Penyediaan informasi sebagai komoditas dan bagian dari aktivitas ekonomi membawa dampak akan adanya ketersediaan dan permintaan. Untuk menciptakan pemenuhan kebutuhan ini dan mendapatkan layanan yang lebih baik, penyediaan dalam jumlah besar dan harga yang kompetitif maka muncullah kemudian bangunan industri Informasi yang semakin berkembang. Perkembangan yang pesat dalam industri Informasi ini didukung oleh senakin besarnya permintaan Masyarakat akan produk industri informasi baik itu dari perangkat, jasa maupun layanan.
Tulisan ini mencoba memaparkan lebih dalam mengenai Industri Telekomunikasi, Cakupannya, melihat secara umum industri informasi di dunia dan memberikan perhatian khusus tentang apa yang telah dan sedang terjadi dalam industri informasi di Indonesia dan upaya pengembangannya walaupun kalau melihat indonesia maka tidak bisa lepas dengan negara dunia lainnya karena indonesia merupakan bagiaan darinya. Tulisan Ini juga akan melihat Pengembangan Industri Informasi melalui Sinergi dengan banyak fihak.


Arti Industri Informasi

Terkadang dalam pikiran kita jika kita membahas industri terbanyanglah sebuah pabrik yang memproduksi barang dengan jumlah banyak untuk dipasarkan kembali sehingga didapat banyak keuntungan finansial. Pikiran tersebut tidak sepenuhnya salah karena memang ada industri yang berciri demikian, yang terjadi aadalah bahwa pengertian industri kemudian berkembang dari yang hanya memproduksi barang bergerak ke wilayah penyediaan jasa. Berbagai penyediaan jasa termasuk jasa keuangan dan informasi.
Industri secara umum adalah kelompok bisnis tertentu yang memiliki teknik dan metode yang sama dalam menghasilkan laba. Misalnya "industri musik", "industri mobil", atau "industri ternak".
Istilah industri juga digunakan bagi suatu bagian produksi ekonomi yang terfokus pada proses manufakturisasi tertentu yang harus memiliki permodalan yang besar sebelum bisa meraih keuntungan. Dalam kasus ini sebenarnya lebih tepat disebut industri besar.Istilah ini bisa kita dapat dari situs wikipedia.
Dalam perencanaan ekonomi dan wilayah urban, kawasan industri adalah penggunaan lahan dan aktivitas ekonomi secara intensif yang berhubungan dengan manufakturisasi dan produksi.
Merujuk kepada definisi kedua, industri besar adalah kunci utama produksi di Eropa dan Amerika Utara pada periode Revolusi Industri, yang menyebabkan berakhirnya era merkantilisme dan feodalisme melalui penerapan teknologi yang tepat guna dalam proses produksi, misalnya penggunaan mesin uap, mesin tenun, dan pengembangan produksi skala besar bahan baku baja dan batu bara.
Jalur kereta api dan kapal-kapal uap kemudian berkembang untuk mempermudah transportasi barang-barang yang sudah menjadi berlimpah. Akibatnya pengertian industri kemudian bergeser dari pengertian hanya memproduksi barang secara massal menjadi berkembang ke wilayah jasa. Secara umum Negara-negara industri biasanya mengembangkan ekonomi kapitalisme, yang melihat bagaimana industri industri tersebut dapat memberikan keuntungan sebesar besarnya bagi pemilik modal.
Konsep dasar informasi terdapat beberapa definisi, antara lain bahwa informasi merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Dapta juga merupakansesuatu yang nyata atau setengah nyata yang dapat mengurangi derajat ketidakpastian tentang suatu keadaan atau kejadian. Sebagai contoh, informasi yang menyatakan bahwa nilai rupiah akan naik, akan mengurangi ketidakpastian mengenai jadi tidaknya sebuah investasi akan dilakukan. Atau dalam dunia Bisnis dan pengambilan keputusan bisnis informasi merupakan organisasi data yang membantu untuk memilih antara melakukan atau tidak melakukan tindakan dalam upaya mencapai tujuan suatu perusahaan.
Jadi Industri Informasi merupakan satu industri yang berkaitan dengan penyediaan perangkat informasi dan telekomunikasi baik keras maupun lunak serta hal hal lain yang bersinggungan dengannya seperti layanan dan jasa baik merupakan industri manufaktur atau jenis lain yang dengan teknik dan metode tertentu dapat menghasilkan laba atau meraih keuntungan.


Cakupan Industri informasi

Dalam industri informasi ini terlalu banyak jenis dan terlalu banyak pendekatan yang berbeda untuk mengklasifikasikannya. Meskipun tidak ada standar yang baku dalam pemilahannya namun dalam industri pengetahuan ada tiga kelompok utama yang dapat di klasifikasikan atau digolongkan sebagai bentuk bagian dari Industri Informasi.
Pertama, adalah Industri Komputer, yang meliputi industri perangkat keras maupun perangkat lunak. Industri ini menghasilakan alat alat untuk kepentingan komputasi baik perusahaan perusahaan komputer seperti IBM, Hp, Acer, Thosiba juga bagian dari peralatan komputer seperti prosessor, Media penyimpanan, Chipset, VGA card maupun pheriferal lainnya (Frank Webster, 2002). Dalam bidang perangkat lunak adalah perusahaan perusahaan yang memproduksi Software misalnya Microsoft, Perusahaan anti virus misalnya Mc Affee, NAV, Grisoff dan lainnya Juga Corell Corp serta perusaaan perusahaan lain yang bekerja di dunia software.
Yang kedua adalah Industri Atau perusahaan yang berhubungan dengan dunia telekomunikasi. Biasanya memberikan servis atau layanan Jasa untuk bidang Telekomunikasi. Bisa merupakan perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi (InfoComm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider).
Ketiga adalah industri industri yang menjual contens atau isi informasi. Termasuk dalam perusahaan ini adalah internet dan perusahaan perusahaan Online seperti amerika Online, Prodigi, Compuserve. Juga industri yang menyediakan pangkalan pangkalan data Online untuk kepentingan pendidikan, penelitian maupun kajian ilmiah.

Perkembangan Industri Informasi Dunia
Dalam dunia industri komputer dunia perkembangannya sangat cepat dengan ditemukannya teknologi teknologi baru. Ditandai dengan semakin dengan meningkatnya teknologi informasi yang digunakan masyarakat dunia .Semua dapat kita lihat dalam tabel berikut:

Information Technology Usage Trends
1990 1995 2000 2005 2010
Cellular Subscribers Per 1,000 People
USA (#) 21.1 127 388 683 946
W. Europe (#) 9.1 60 634 930 1,008
Asia-Pacific (#) 0.4 7.1 71 230 379
Worldwide (#) 2.1 15.6 123 319 478
Internet Users Per 1,000 People
USA (#) 7.2 105 477 668 839
W. Europe (#) 0.5 22 244 535 788
Asia-Pacific (#) 0.03 1.2 34 116 193
Worldwide (#) 0.4 7.9 69 167 262
PCs In-Use Per 1,000 People
USA (#) 192 321 628 778 932
W. Europe (#) 69 158 330 543 755
Asia-Pacific (#) 4.8 14.6 39 75 118
Worldwide (#) 18.6 40 87 140 201

Daftar Perusahaan Industri Informasi Besar di Dunia

Major computing companies

Cellular hardware
HTC • Motorola • Nokia • Palm • Qualcomm • RIM • Sony Ericsson • Sagem

Conglomerates
HCL • Hitachi • LG • Matsushita • NCR • Philips • Samsung • Siemens • Sony • Thomson • Toshiba

Computer hardware
Acer • ASUS • Dell • Fujitsu Siemens • Lenovo • Quanta

Computer networks
3Com • Alcatel-Lucent • Allied Telesis • Avaya • Cisco • Ericsson • Foundry • Huawei • Juniper • Nokia Siemens • Nortel • ZTE

Dot-com/web services
Amazon.com • AOL • eBay • Google • Microsoft • Yahoo!

Electronics manufacturers
Celestica • Elcoteq • Flextronics • Foxconn • Jabil • Kimball • Plexus • Quanta • Sanmina-SCI • SMTC • Solectron

IT consulting
Accenture • ACS • Atos Origin • Avanade • BearingPoint • Booz Allen Hamilton • BT • Capgemini • CGI • Cognizant • CSC • Deloitte. • EDS • First Data • Fujitsu • Getronics • HCL Tech • HP TSG • IBM Global Services • i-flex • Indra • Infosys • Keane • LogicaCMG • Orange Business Services • PA • Perot • SAIC • Sapient • Satyam • TCS • TietoEnator • Titan • Unisys • Wipro

Storage
EMC • Maxtor • NetApp • Seagate • Western Digital

Semiconductors
AMD • Broadcom • Elpida • Fairchild • Freescale • Hynix • Infineon • Intel • Micron • National • NVIDIA • NXP • Qimonda • Renesas • Rohm • Sharp • STMicroelectronics • TI • TSMC • VIA

Software
Adobe • CA • EA • Intuit • McAfee • Microsoft • Nintendo • Novell • Oracle • Red Hat • SAP • Symantec

Telecom
3 • Airtel • América Móvil • AT&T • BT • Cablevision • Comcast • Deutsche Telekom • Earthlink • France Télécom • KT • NTT • O2 • Orange • Qwest • RCN • Rogers • SK Telecom • Sprint Nextel • Swisscom • T-Mobile • Telecom Italia • Telefónica • Telmex • Time Warner • Verizon • Virgin • Vodafone

Vertically integrated
manufacturers
Apple • HP • IBM • NEC • Sun


Diatas ditampilkan tabel tentang perusahaan perusahaan dan Industri informasi yang sekarang menguasai bisnis dunia. Diambil dari situs wikipedia dan http://www.c-i-a.com/pr0707.htm. Dengan banyaknya pemain Teknologi informasi di dunia membawa akibat pada kerasnya persaingan diantaranya.
Bentuk persaingan dalam industri ini dapat dilihat seperti persaingan antara Intel corp dengan AMD dalam perebutan pasar prosessor. Secara Konsisten Intel Memasok industri komputer komputer dengan Chip yang jauh lebih kuat, membuat efisiensi dalam industrinya dan selalu membuat pabrik baru setiap sembilan bulan untuk bersiap siap menghadapi babak berikut dari siklus yang ada. Setiap pabrik baru ini merupakan pertaruhan US$ 2 Milyar untuk masa depan. AMD berupanya untuk mengejar ketinggalannya dengan permainan serupa dengan meningkatkan riset dan pengembangan dengan Harga yang lebih murah. Namun intel dengan pandai membangun namanya sendiri diluar dunia produksi komputer dengan cara mendesak agar semua PC dengan prosessor Intel dipasangi stiker “ Intel Inside”. Perusahaan telah menumbuhkan kesadaran merk di masyarakat dan berpikir tanpa stiker itu maka orang berpikir itu pasti komputer jelek. Akibatnya Intel tak terkejar. (Nick Skellon 2000: 27)
Di bidang Industri Perangkat Lunak kita melihat perkembangan Microsoft meninggalkan para pesaingnya. Pada awal akses internet maka Browser yang menjadi andalan adalah Nascape Navigator dari Nascape Commonication. Nascape menghadiahkan secara Cuma Cuma browser mereka. Dan hal itu berjalan luar biasa, perusahaan itu menjadi sorotan. Dalam waktu lima bulan saja Nascape meraup 70 % pasar browser yang sedang berkembang. Dan Microsoft terseok jauh dibelakangnya. Saham Nascape meroket sehingga perusahaan muda itu bernilai US$2.7 Milyar. Mereka mengkritik microsoft sebagai pelaku yang lemah. Tersengat atas hal itu Microsoft mengembangkan browser tandingan yaitu internet exploler, Bill Gates menyatakan mengerahkan 2000 Programernya dengan US$2 milyar pertahun dana untuk mengembangkannya. Saham Nascape Jatuh US$30 perhari, Bahkan Sampai kemudian Integrasi Exploler dengan windows sehingga menyatu sempurna, tiba tiba saja Nascape Leyap dengan kerugian besar dan saham yang jatuh. Inilah perjalanan industri Informasi yang terkadang sangat kejam. (Nick Skellon 2000: 27)


Perkembangan Industri IT di Indonesia

Perkembangan internet di dunia telah membawa dampak yang signifikan bagi Industri IT di Indonesia seperti menjamurnya ISP, munculnya software house baik besar maupun kecil dan bermunculannya web commerce yang tidak pemah terbayangkan sebelumnya. Perkembangan spin off industri penunjang, maupun industri yang diakibatkan oleh adanya usaha Internet di Indonesia dapat dilihat di situs Kamar Dagang Indonesia (KADIN) http://www.kadin.net.id/busisinessnet/ dan halaman kuning http://www.yellowpages.co.id.
Pada tahun 2005, paling tidak ada 1608 perusahaan yang bergerak di teknologi informasi yang dapat di cari melalui situs http://www.yellowpages.co.id. Angka tersebut sebetulnya merupakan peningkatan yang cukup drastis (148%) dari tahun 2004.

# perusahaan 2004 # perusahaan 2005 % kenaikan
computer consultants 53 60 13%
computer internet 59 89 51%
computer programming consultants 52 137 163%
computer software 68 314 362%
computer total solution 27 72 167%
Multimedia 13 17 31%
Software 88 148 68%
e-commerce 2 0 -100%
Information technology 24 161 571%
Internet – services 133 358 169%
Internet data 13 22 69%
Internet portal 25 37 48%
Internet provider 90 174 93%
web design 2 19 850%

Tampak pada tabel di atas bahwa kebutuhan akan jasa yang terkait dengan Internet meningkat dengan tajam, hal ini terlihat dengan peningkatan yang cukup signifikan pada perusahaan yang memberikan servis yang berhubungan dengan Internet. Konsultan komputer, programming, software dan penyedia solusi total juga tumbuh untuk memenuhi kebutuhan.
Hal yang menarik untuk dilihat ternyata perusahan yang memberikan servis e-commerce menghilang dari peredaran. Mungkin hal ini terkait dengan banyaknya carder di Indonesia, banyaknya penipu yang berbisnis di Internet. Memang memalukan, semoga tim cybercrime dari polisi maupun komunitas dunia maya di Indonesia dapat bekerja untuk memperbaiki hal ini.
Berdasarkan data yang ada di Yellowpages, perusahaan teknologi informasi terdistribusi tidak merata di Indonesia. Umumnya perusahaan ini berlokasi di Jakarta, selanjutnya di Surabaya dan Bandung. Hanya sedikit sekali perusahaan yang ada di luar jawa, seperti, Medan (43 perusahaan), Bali (32 perusahaan), Palembang (4 Perusahaan), dan Makassar (6 Perusahaan). Distribusi lengkap, beserta persen kenaikan antara tahun 2004-2005 di perlihatkan di tabel berikut.

City #perusahaan
2004 #perusahaan 2005 % kenaikan
Jakarta 466 1114 139%
Surabaya 25 143 472%
Medan 29 43 48%
Bandung 75 120 60%
Denpasar 15 32 113%
Yogyakarta 14 76 443%
Semarang 23 70 204%
Palembang 2 4 100%
Padang 0 0%
Makassar 6 ?
Total 649 1608 148%

Yang cukup mengagumkan untuk di catat adalah kenaikan yang sangat tinggi (443%) di Jogyakarta. Sangat menarik untuk kita catat karena seperti kita ketahui Sultan Jogyakarta mendeklarasikan wilayah DIY sebagai wilayah cyber. Di samping itu, Jogyakarta di kenal sebagai kota pelajar dengan banyak sekali universitas dan sekolah tinggi, sehingga cukup banyak sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mendukung perkembangan usaha & aktifitas teknologi informasi yang demikian drastis.

Terlihat jelas bahwa kombinasi keberadaan Sumber Daya Manusia yang berpendidikan tinggi di sebuah kawasan / wilayah yang di padukan dengan kebijakan progressif yang mendukung akan menjadi kunci perkembangan industri teknologi informasi secara drastis.Sebetulnya yang disamoaikan disini adalah bahwa apa yang ada di halaman kuning sebetulnya hanya merepresentasikan sebagian kecil dari berbagai usaha yang berbasis teknologi informasi di Indonesia. Pada hari ini, cukup banyak usaha dan transaksi dari usaha teknologi informasi yang dilakukan di Internet karena umumnya para aktor, para konsultan, para tenaga ahli umumnya semua berada & berinteraksi di Internet, sehingga lebih memudahkan bagi mereka untuk berinteraksi langsung di Internet daripada melalui halaman kuning.
Angka pertumbuhan internet di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 700 % per tahun, sementara dunia hanya sebesar 100 %. Berdasarkan Iaporan WoiId Telecommunication Development Report, jumlah pengguna pengguna internet pada tahun 2000 sebesar 80.000 pengguna dengan jumlah populasi PC sebanyak 940.000 dan jumlah host sebanyak 9591. Jumlah PC sampai awal tahun 2001 mi sudah mencapai 3 juta, sehingga diperkirakan jumlah pengguna internet pada tahun 2000 berjumlah 260 ribu. Pertumbuhan yang sangat signifikan apalagi mengingat kondisi krisis ekonomi. Pertumbuhan mi diperkirakan akan Iebih tinggi Iagi apabila tidak terjadi krisis ekonomi.
Dengan masuknya Internet dalam era komersial pada awal kemunculannya, maka bermunculanlah situs commerce di Indonesia. E-Commerce mernpakan suatu bentuk elektronisasi atau digitalisasi berbagai bentuk proses jual beli dan berbagai bentuk transaksi bisnis Iainnya. Definisi proses jual bell dan transaksi bisnis Iamn di sini di mata produsen meliputi mengiklankan produk, menawarkan servis, membedkan cara transaksi online dengan Online Payment Systems yang balk, akses informasi secara online (seperti online seminar dan teletraining) serta beberapa aktifitas lain.
Proyeksi eStats di tahun 2000 konsumen eCommerce di dunia, akan tumbuh menjadi 92 % dari pengguna internet dan dari jumlah ini aktual transaksi tumbuh menjadi 45 % dari pengguna internet. Jika di tahun 2004 dinyatakan pengguna Internet menjadi 142 juta maka berarti 130,64 juta pengguna internet akan memiliki lifestyle eCommerce, di mana aktual pengguna yang transaksi akan tumbuh menjadi 63,9 juta. Indonesia pada tahun 2005,dinyatakan pengguna intemetnya akan tumbuh menjadi konsumen eCommerce.
Layanan informasi kini beralih kepada pemanfaatan teknologi Internet. Yellow Pages (Buku Telepon) kini bisa juga didapat pada Internet, informasi billing telkom kini juga sudah dapat dinikmati melalui Internet. Tidak menutup kemungkinan Iayanan telekomunikasi lain juga dapat memanfaatkan teknologi Internet, Voice Over IP dan Fax Service via Internet serta jasa-jasa telekomunikasi Iainnya.
Semakin banyaknya kegiatan pemanfaatan perangkat telekomunikasi yang ada menyebabkan arah percepatan Teknologi Informasi di Indonesia bergerak ke pengembangan perangkat lunak dan kontent yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi yang ada.
Berkembangnya industri perangkat Iunak dan kontent juga diakibatkan oleh karena adanya kebutuhan dari beberapa pihak terhadap informasi dalam format yang Iebih sesuai untuk kepentingannya. Kebutuhan tersebut diakomodasi oteh perangkat Iunak sebagai pengolah data/informasi dan softwarenya lebih dikenal sebagai suatu Decision Support System (DSS).
Kalau industri software dan kontent di Indonesia menunjukkan kurva tumbuh, tidak demikian halnya dengan industri dalam negeri hardware konvensional telekomunikasi. Dengan pesatnya perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi, industn perangkat keras dalam negeri banyak mengalami kemunduran, karena tidak didukung dengan kapital yang besar dan dukungan R&D yang kuat.
Dibidang telekomunikasi muncullah Telkom sebagai raksasa industri Telekomunikasi Nasional. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi (InfoComm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar di Indonesia. TELKOM (yang selanjutnya disebut juga Perseroan atau Perusahaan) menyediakan jasa telepon tidak bergerak kabel (fixed wire line), jasa telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak (cellular), data & internet dan network & interkoneksi baik secara langsung maupun melalui perusahaan asosiasi.
Sampai dengan 31 Desember 2006 jumlah pelanggan TELKOM sebanyak 48,5 juta pelanggan yang terdiri dari pelanggan telepon tidak bergerak kabel sejumlah 8,7 juta, pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel sejumlah 4,2 juta pelanggan dan 35,6 juta pelanggan jasa telepon bergerak. Pertumbuhan jumlah pelanggan TELKOM di tahun 2006 sebanyak 30,73% telah mendorong kenaikan Pendapatan Usaha TELKOM dalam tahun 2006 sebesar 23% dibanding tahun 2005.
Selama tahun 2006 TELKOM telah menerima beberapa penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri, di antaranya The Best Value Creator, The Best of Performance Excellence Achievement, Asia’s Best Companies 2006 Award dari Majalah Finance Asia.
Saham TELKOM per 31 Desember 2006 dimiliki oleh pemerintah Indonesia (51,19%) dan pemegang saham publik (48,81%), yang terdiri dari investor asing (45,54%) dan investor lokal (3,27%). Sementara itu harga saham TELKOM di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2006 telah meningkat sebesar 71,2% dari Rp 5.900,- menjadi Rp 10.100,-. Kapitalisasi pasar saham TELKOM pada akhir 2006 sebesar USD 22,6 miliar. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) mencatat laba bersih tahun buku 2005 senilai Rp7,99 triliun, atau naik 20,84 % dibanding tahun buku 2004.
Dibelakang Telkom menyusul Indosat, didirikan tahun 1967 sebagai Penyedia jasa Telekomunikasi Internasional, Satelit, termasuk sambungan langsung internasional, komunkasi data, sirkit sewa internasional, transmisi Televisi untuk tanyangan langsung. Di Tahun 2006 menyelenggarakan 3.5 Broadband dngan teknologi HSDPA (High Speed Downlink Packet Access) dengan kecepatan 7,2 Mbs.
Pertempuran keduanya menarik apalagi dalam meihat momen momen tertentu seperti lebaran yang merupakan surga bagi penyedia layanan seluler. Selama Hari Raya Idul Fitri 1424 H ini pengguna jasa pesan singkat – short message service (SMS) melonjak tajam. Operator telepon seluler seperti Telkomsel, Excelcomindo, Satelindo, dan indosat mengaku mengalami peningkatan trafik sebanyak 2-3 kali lipat dari biasanya. Pengguna dimanjakan dengan berbagai layanan mudik yang mereka selenggarakan bahkan Telkom masuk rekor Muri sebagai Penyedia informasi mudik dan penyedia layanan mudik terbanyak.


Strategi pembangunan industri IT di Indonesia

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, jasa telekomunikasi di Indonesia saat ini pun sudah mengalami pergeseran menuju Iayanan informasi. Sehingga perkembangan jasa telekomunikasi sangat ditentukan oleh ketiga unsur industn pendukung teknologi inforrnasi.
Kondisi krisis yang tengah dialami bangsa Indonesia membuat hampir semua sektor industri di Indonesia mengalami masa-masa sulit, terutama bagi industri yang membutuhkan modal dan biaya operasi yang tinggi. Hal yang sama juga dialami industri IT. Sejumlah pernsahaan yang bergerak di bidang pengembangan perangkat keras, khususnya industri elektronika dan perangkat telekomunikasi, mengalami defisit yang luar biasa. Namun secara kontradiktif, ada suatu perkembangan yang harus terus berlangsung di bidang jasa telekomunikasi. Kondisi lain yang tidak mendukung adalah berjayanya pemain-pemain besar dunia di bidang industri elektronika dan telekomunikasi di Indonesia. Mereka memang hams diakui dapat menawarkan produk-produk perangkat keras yang balk dalam segala aspek selain memang perkembangan teknologi informasi di Indonesia sudah dalam kendali mereka.
Suatu celah yang masih terbuka Iebar adalah penyediaan content dalam pengembangan jasa telekomunikasi baru. Industri yang kompeten dalam penyediaan content adalah industri perangkat Iunak. Industri ini membutuhkan investasi yang relatif kecil dibandingkan industri IT lain yang bersifat hardware. Investasi yang paling utama dalam industri perangkat lunak adalah kemampuan sumber daya manusia. Saat ini sudah banyak perguruan tinggi yang setiap tahunnya menghasilkan ratusan hingga ribuan sumber daya manusia profesional di bidang pengembangan perangkat Iunak. Jadi dari sisi penyiapan sumber daya manusia, industri perangkat Iunak di Indonesia memiliki potensi yang baik.
Permasalahan selanjutnya adalah mencari cara yang efektif untuk mengoptimalkan sumber daya manusia bidang pengembangan software yang berpotensi dalam mendukung pengembangan jasa telekomunikasi. Salah satu kunci keberhasilannya adalah tumbuh subumya inovasi dan kuatnya R&D telekomunikasi. Jasa-jasa telekomunikasi barn di negara-negara yang sudah lebih maju, seperti Jepang dan Singapura, Iahir karena inovasi yang begitu subur serta kuatnya dukungan R&D telekomunikasi untuk mewujudkan inovasi-inovasi tersebut. Untuk dapat Iahir sebagai suatu jasa baru, maka suatu inovasi perlu mendapatkan dukungan investasi. Sebagian investasi dibutuhkan untuk kegiatan R&D tersebut. Namun di tengah kondisi krisis yang masih melanda Indonesia, investasi yang besar jelas mernpakan sesuatu yang tidak mungkin. Dengan demikian kuncinya terdapat pada pengembangan perangkat Iunak yang membutuhkan investasi jauh Iebih kecil.
Lambat laun, namun pasti, pertumbuhan jasa telekomunikasi baru tersebut akan memberikan kontribusi yang berharga bagi perekonomian bangsa. Di saat kondisi sudah membaik, maka industri elektronika dapat kembali tumbuh untuk memberikan akselerasi yang Lebih tinggi pada perkembangan jasa telekomunikasi.
Dengan melihat kondisi industri IT dalam negeri dan trend global IT, muncul beberapa tantangan dan peluang bagi industri IT dalam negeri untuk tumbuh dan bersaing dalam indusri IT global.
Beberapa kebijakan yang perlu difokuskan agar industri IT dalam negeri mencapai daya saing global adalah sebagai berikut:

• Mengarahkan investasi pada sektor industri teknologi Informasi
Dalam masa perkembangan teknologi yang sangat cepat seperti saat mi hampir tidak mungkin rasanya Indonesia ‘mengejar’ ketertinggalan teknologi dalam bidang manufaktur/hardware. Kesulitan ini muncul tidak hanya karena semakin cepatnya perkembangan teknologi yang sangat cepat tetapi juga karena untuk memajukan suatu industi manufaktur dengan teknologi tinggi dibutuhkan biaya yang sangat besar.
Berbeda dengan industri manufakturlainnya, industri teknologi informasi walaupun berkembang dengan sangat cepat tetapi refatif masih dapat ‘dikejar’ dengan biaya yang Iebih realistis bagi Indonesia saat in Sifat teknologi informasi yang ‘Iebih terbuka’ juga memungkinkan Indonesia untuk dapat bersaing dalam memperoleh informasi mengenai teknologi informasi dengan Iebih mudah dan cepat (sesuai dengan sifat dari teknologi inforrnasi itu sendiri).
Pernbahan arah dari industri telekomunikasi, informasi dan elektronika di Indonesia dari ‘hardgoods’ kepada industri yang berorientasi kepada ‘softgoods’ bisa dilakukan oleh industri telekomunikasi, informasi dan elektronika yang ada saat ini dengan mengubah ‘fokus’ keahlian sumber daya manusianya. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan biaya yang relatif Iebih kecil dari biaya yang dibutuhkan untuk melakukan investasi di industri manufaktur.

• Meningkatkan dan mengefektifkan fungsi Research and Development khususnya dalam teknologi informasi.
Salah satu ketertinggalan yang utama dan bangsa indonesia dalam industri teknologi telekomunikasi, informasi dan efektronika adalah masalah penguasaan teknologinya. Untuk mengejar ketertinggalan tersebut perlu dilakukan perubahan alokasi anggaran di masing-masing industri telekomunikasi, informasi dan elektronika dengan meningkatkan porsi untuk Research and Development.
Secara keselurnhan saat ini porsi anggaran R & D di industri telekomunikasi, informasi dan elektronika masih sangat rendah apabila dibanding dengan negara maju yang menguasai teknologi saat ini. Dengan rendahnya biaya R & D mi maka Indonesia akan semakin tertinggal dari ‘pemilik’ teknologinya. Pentingnya research and development dalam industri yang memfokuskan did pada ‘softgoods’ sangat berkaitan dengan modal utama yang dibutuhkan dalam pengembangan produklservice ‘softgoods’ yaitu sumber daya manusia. Dalam industri teknologi telekomunikasi, informasi dan elektronika faktor sumber daya manusia menjadi ‘modal’ utama yang sangat penting, untuk itu diperlukan serangkaian pendidikan yang didukung oleh adanya research dan pengembangan yang dilakukan secara kontinu.
• Sesegera mungkin membangun regulasi untuk menunjang e-commerce
Sejak dimulainya perdagangan barang melalui cara tradisional di pasar kemudian proses perdagangan yang dipercepat dengan memanfaatkan angkutan sebagai saran perpindahan barang sampai pada saat mi perdagangan yang memanfaatkan kecepatan cahaya (internet) untuk rnelakukan transaksi, perdagangan selalu tergantung pada hukum dan aturan yang berlaku antara pembeli dan penjual. (Onno W. Purbo, 2004),
Dengan munculnya teknologi infomasi sebagai sarana melakukan perdagangan maka munculah beberapa masalah yang tadinya tidak ada dalam perdagangan sebelumnya seperti perdagangan lintas negara. Dengan adanya perdagangan Lintas negara mi seorang pembeli dapat membeli produk dan negara manapun tanpa perlu bertemu dengan produsennya, hal mi akan semakin kompleks
Apabila produk yang dibeli adalah barang (hardgoods) karena menyangkut regulasi eksport import dari sautu negara ke negara lain.
Dalam hal regulasi ini banyak pihak bersepakat bahwa dunia perdagangan virtual me!alui teknologi informasi mi sebaiknya diatur oleh suatu regulasi yang tidak terlalu mengikat karena justru akan menghambat perturnbuhan perdagangan itu sendiri.
Untuk itu ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menciptakan regulasi untuk perdagangan yang memanfaatkan teknologi informasi ini:
• Sektor swasta harus mengambil peran utama dalam mengembangkan regulasi dalam perdagangan ml, karena internet adalah ‘market driven arena’ dan bukan ‘regulated arena’ yang dari awalnya muncul karena dorongan pasar. Pada awalnya pasar atau perdagangan di internet memang muncul dari kebutuhan pasar itu sendiri tanpa adanya dorongan atau campur tangan pemerintah, sehingga sektor swasta sebagai pihak yang memunculkan perdagangan ini harus mengambil Iangkah terdepan untuk menciptakan aturan lingkungannya.
• Terlalu banyak Larangan akan menghambat perkembangan perdagangan karena yang diperlukan dunia perdagangan virtual ini sebenarnya adalah sekedar aturan main untuk meingkatkan kepercayaan penjual dan pembeli.
• Keterlibatan pemerintah dalam menciptakan aturan main sebaiknya ditujukan untuk mendukung terciptanya Iingkungan hukum yang mudah dan simple untuk perdagangan elektronis. Dalam hal ini pemerintah diharapkan dapat menciptakan aturan yang dipermudah terutama dalam proses pembuktian suatu transaksi yang bergeser dari hardcopy kepada format digital.
• Regulasi yang mengatur perdagangan dengan rmemanfaatkan teknologi informasi harus mempertimbangkan regulasi di negara lain karena perdagangan mi mernpakan perdagangan global yang tidak mengenal batas negara.


Mewujudkan Sebuah Sinergi

Akhirnya adalah sangat perlu adanya sinergi antara Pemerintah,dunia pendidikan dan dunia industri seperti yang terjadi dalam sebuah seminar di Universitas Pederbon Jerman. Acara tersebut adalah kegiatan rutin yang disebut Industrie trifft Informatik, yang artinya dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti temu industri dan informatik. Tujuannya acara ini adalah mempertemukan antara para akademisi, peneliti dengan industri dan pengguna di lapangan. Sehingga seminar ini tidak sekedar unjuk gigi kemampuan akademis, tetapi lebih kepada kemampuan menyelesaikan permasalahan sehari-hari terutama masalah regional. Bentuk Hubungan yang diharapkan seperti dalam gambar berikut:




Bentuk Sinergi Industri Informasi

Pertemuan ini diikuti dengan Proyek MuSoft disponsori ZiP – Zukunfs investitions programms der Bundesregierung suatu institusi pemerintah yang memiliki tujuan untuk menginvestasikan pendidikan di masa depan. Institusi ini di bawah Bmbf, kementerian riset dan pendidikan Jerman. Proyek yang menghabiskan dana sekitar 4,5 juta DM ini mencoba mengembangkan suatu platform eLearning (dalam definisi mereka eLearning adalah perangkat elektronis yang menunjang proses pendidikan, jadi bukan sekedar Web Based Training atau Computer Based Training saja). Dalam proyek ini dikembangkan metoda teknik software yang mendukung ke arah tujuan ini, juga dikembangkan materi multimedia pelajaran teknik software.
Selain itu ada Proyek Mathkid yaitu Proyek yang simple tapi bermanfaat ini mencoba menyediakan suatu fasilitas bagi siswa untuk mempelajari matematika secara mudah melalui Web. Perangkat yang dikembangkan ini mengintegrasikan beberapa perangkat bantu matematika yang dimanfaatkan sebagai back-end (misal MuPAD). Juga dilengkapi dengan beberapa applet Java, sehingga siswa dapat melakukan eksplorasi secara interaktif dan tidak bergantung pada platform yang dimiliknya. Siswa diharapkan lebih mudah dan senang mempelajari matematika.
Proyek yang lain adalah CampusSource, proyek ini bernafaskan Open Source dan didanai oleh pemerintah bagian NRW - Nordrhein Westfallen,Jerman, bertujuan menyediakan perangkat lunak Open Source yang dapat mendukung proses dan operasional lembaga pendidikan, juga materi online, serta menjalin kerja sama dengan perusahaan dan universitas di satu daerah. Sisi utama dari proyek ini adalah pembentukan bursa perangkat lunak yang berkualitas.
Kerja sama nyata ini misal tertuang dalam penyusunan program studi bersama, proyek kerja sama, pelatihan yang ditujukan untuk pengembangan daerah. Bahkan Pada kesempatan ini ada pernyataan dari Siemens mengenai program pendidikannya yang baru yaitu IT-Consulting Academy. Yang membuka program pendidikan dan praktek kerja, dan memberikan gelar Bacholer of Economics (7 semester), Bachelor of Computer Science (6 semester), Bachelor in Management Engineering (6 semester), dan lain-lainnnya. Pendididikan di perusahaan ini menjadi menarik karena menggabungkan teori dan praktek harian.
Di Indonesian hal tersebut hendaklah bisa dilakukan misalnya kerjasama pemerintah Perindustrian dan perdagangan, Universitas Indonesia dan PT Telkom dalam pengembangan software dan hardware bagi Teknologi Telekomunikasi bahkan yang telah banyak dilakukan oleh Universitas Indonesia dengan berbagai kalangan industri di dunia termasuk dengan perusahan Huawei dari China, yang merupakan perusahaan besar.
Selain itu industri dan pemerintah juga memikirkan Strategi pengembangan SDM juga perlu yang bisa dilakukan melalui sertifikasi SDM yang dikaitkan dengan struktur industri IT. Pengembangan SDM industri IT harus diarahkan pada dua sasaran: (1) penghasil dan pemelihara infrastuktur IT yang efisien dan (2) pembangun pengetahuan, ide, dan informasi yang inovatif dan penting bagi ekonomi digital. Pendidikan dan pelatihan dibutuhkan untuk menghasilkan tenaga teknis, manajemen, dan entrepreneur. SDM yang dihasilkan perlu disalurkan bagi industri Indonesia yang berorientasi ekspor maupun dicadangkan ke luar negeri.


Penutup

Belajar dari Keberhasilan India dalam membangun Industri Teknologi Informasi, khususnya industri software, telah mematahkan argumentasi bahwa hanya negara maju yang dapat berpartisipasi dalam ekonomi digital. Dalam waktu kurang dari lima tahun ekspor software India telah berlipat ganda lebih dari tujuh kali lipat, menjadi USD 4 milyar di tahun 2000. Diperkirakan pada tahun 2008, ekspor software India akan mencapai USD 50 milyar! Pertumbuhan ekspor ini terjadi pada saat kebutuhan domestik software India hanya sebesar satu per tiga nilai ekspor.
Dengan sinergi dari banyak fihak, Indonesia tidak mustahil akan menjadi kekuatan baru dalam pengembangan industri informasi dunia. Dengan dukungan sumberdaya yang dimiliki, kerja keras dan banyak belajar maka industri informasi yang besar dan kuat niscaya akan menjadi kenyataan. Semoga.









DAFTAR KEPUSTAKAAN

Feather, John, (1998). the Information Society: A study at Continuity and Change, London: Library Association Publishing,
http://kompas.com/ver1/Ekonomi/0708/30/151704.htm (diakses Tgl 20 November 2007)
http://www.aeanet.org/publications/idjj_TCS_2007_overview.asp (diakses Tgl 21 November 2007)
http://www.apkasi.or.id/modules.php?name=News&file=article&sid=111(diakses Tgl 21 November 2007)
http://www.c-i-a.com/pr0707.htm (diakses Tgl 18 November 2007)
http://www.c-i-a.com/pr0806.htm (diakses Tgl 20 November 2007)
http://www.infoplease.com/ipa/A0908185.html (diakses Tgl 19 November 2007)
http://www.wartaekonomi.com/detail.asp?aid=8894&cid=24 (diakses Tgl 20 November 2007)
http://www.en.wikipedia.org/wiki/industri (diakses Tgl 21 November 2007)
Kompas (surat kabar), 40 Tahun Indosat Terus Berimprovisasi untuk kenyamanan Pelanggan, 2 November 2007
Lasa, HS. (1998). Kamus Istilah Perpustakaan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Martin, William J. (1995). Global information society. Hampshire:Aslib.

Onno, W. Purbo (2004), Model Industri Telekomunikasi, Informasi & MultimediaTulisan Lepas di akses di Situs
Onno, W. Purbo (2004a), Alternatif Paradigma Industri Elektronika & Informatika Tulisan Lepas di akses di Situs
Webster, Frank (2002), Theories of the information Society, London NewYork : Rouladge
Skellon, Nick (2000) , Corporate Combat : Seni Berperang merebut pasar dalam pertempuran Bisnis, Jakarta : Erlangga

GLOBALISASI DAN KONVERGENSI : TATA DUNIA BARU DALAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Globalisasi merupakan sebuah tema besar dalam setiap pembahasan yang melibatkan banyak pihak baik di tingkat lokal, nasional bahkan internasional. Di satu sisi globalisasi telah menjadi sesuatu yang sangat menakutkan. Ada kekhawatiran bahwa kekuatan globalisasi itu tidak dapat dibendung dan dampak yang ditimbulkannya sangat merugikan. Rasa ketakutan seperti ini sering disebut dengan globaphobia. Di sisi yang lain globalisasi dipandang sebagai kemajuan peradaban yang harus dibuat untuk membuat tatanan dunia yang lebih baik dan bermanfaat, karena terdapat gejala saling ketergantungan antar negara dan saling adanya keterkaitan masalah bersama. Globalisasi dimulai karena adanya kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi, informasi (Toffler membagi tiga gelombang peradaban sampai dengan 2000 M berdasarkan budidaya teknologi yang mayoritas masyarakat dunia gunakan, yaitu gelombang pertama antara tahun 800 BC – 1500 M dengan sebutan teknologi pertanian, dilanjutkan dengan gelombang kedua antara tahun 1500 – 1970 M dengan teknologi industri, dan gelombang ketiga antara tahun 1970 – 2000 M dengan teknologi informasi), transportasi, ditambah dengan (menurut Mansour Faqih) elektronika dan bioteknologi, dan membawa perubahan yang radikal dalam kehidupan manusia.
Globalisasi ditandai dengan dinamika berkembangnya teknologi komunikasi yang progressnya sangat menakjubkan dan menjadi motor pertumbuhan teknologi komunikasi informasi dalam sebuah kesatuan konvergensi yang luas dan mendalam, semenjak itulah konvergensi-konvergensi teknologi itu dengan begitu cepatnya bermunculan dan menggairahkan gaya hidup masyarakat yang serba digital, fakta ini seolah menegaskan, bahwa masyarakat dunia telah memasuki era baru yang serba mobile, praktis, dan sangat personal. Beruntunglah kita yang hidup di zaman sekarang. Dengan semakin majunya teknologi informasi dan telekomunikasi, kita tidak mendapatkan kesulitan lagi dalam berkomunikasi jarak jauh dan dalam mendapatkan informasi-informasi penting yang kita butuhkan setiap harinya. Dalam bidang komunikasi, terdapat teknologi digital yang meliputi aplikasi dan jaringan seluler, infrastruktur jaringan, dan komunikasi satelit, seperti IPTV, 3G, VoIP (voice over internet protocol), NGN (next generation network), WiMAX, dan lain-lain. Dalam bidang penyiaran (broadcast), dijumpai teknologi digital menyangkut media interaktif, rantai nilai dari kreasi konten, managemen, dan distribusi, seperti DVB-H, DVB-T, T-DMB DAB. Sedangkan dalam bidang bisnis IT ditemukan aplikasi-aplikasi untuk industri jasa keuangan, pemerintah, layanan kesehatan (Xovulation), pendidikan, transportasi, dan logistic, seperti Xfinance.

Pengertian Globalisasi
Globalisasi merupakan sebuah istilah yang berhembus kencang sejak tahun 1980-an. Kalangan akademisi dan petinggi pemerintahan masih berdebat panjang, sedangkan dunia korporasi memandang globalisasi sebagai ladang subur meraih laba dan kejayaan. Memang dalam dunia korporasi globalisasi dianggap sebagai kebebasan dan keleluasaan lalu-lintas barang, jasa, modal, yang menerobos batas-batas negara, wilayah, serta adat istiadat dan budaya. Bagaimana dengan Indonesia? Secara keseluruhan, produksi pengetahuan tentang globalisasi masih jauh di bawah kebutuhan. Indonesia laksana sebuah kapal yang tengah menempuh lautan globalisasi penuh gelombang besar, namun gagal membuat peta dan menemukan jalan lebih aman untuk semua warga negaranya. Sebagai pelaku sekaligus korban globalisasi, Indonesia semestinya terlibat dalam proses produksi pengetahuan bagi terwujudnya globalisasi yang lebih bertanggung jawab.
Globalisasi adalah proses yang multidimensi, meliputi ekonomi, politik, masyarakat, budaya dan ideologi, Mittleman mengartikan globalisasi sebagai fenomena dunia luas, globalisasi adalah bergabungnya perkembangan suatu negara dan struktur lokal dengan negara lain, menyangkut ekonomi, politik, budaya maupun ideologi. Hubungan sebab akibat itu terjadi sebagai akibat dari menguatnya kompetisi/persaingan perdagangan internasional dan mengglobalnya peran pasar, globalisasi juga membuat hubungan sosial seseorang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Secara sederhana globalisasi berarti negara-negara yang terpisah menjadi semakin rapat, sehingga hilang penyekat satu sama lain atau menjadi borderless secara geografis, saat ini globalisasi telah menjadi keniscayaan dan menjadi realitas yang tidak terbantahkan dan tidak bisa ditampik oleh siapapun, baik secara individual maupun kelompok.

Pengaruh Globalisasi terhadap Masyarakat dan Dampak yang Ditimbulkannya
Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat membuat bola dunia terasa makin kecil dan ruang seakan menjadi tak berjarak lagi dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap seluruh proses globalisasi. Mulai dari wahana TI yang paling sederhana berupa perangkat radio dan televisi, hingga internet dan telepon gengam dengan protokol aplikasi tanpa kabel (WAP), informasi mengalir dengan sangat cepat dan tanpa batas. Internet sendiri sebagai salah satu tiang pancang penanda kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menghilangkan semua batas-batas fisik yang memisahkan manusia dan menyatukannya dalam dunia baru, yaitu dunia “maya”. Konsep perdagangan elektronik melalui internet, yang dikenal dengan nama e-Commerce yang lahir karena perkawinan TI dengan globalisasi ekonomi, telah menjadi keniscayaan sehingga tak ada jalan lain kecuali melakukan aplikasi-aplikasi elektronik itu dalam denyut hubungan dagang dengan yang lain, atau dengan perkataan lain menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan.
Proses globalisasi itu sendiri ditandai dengan pesatnya perkembangan paham kapitalisme, yakni kian terbuka dan mengglobalnya peran pasar, investasi dan proses produksi dari perusahaan-perusahaan transnasional atau proses pengintegrasian ekonomi nasional kepada sistem ekonomi dunia berdasarkan keyakinan pada perdagangan bebas. Satu hambatan yang paling nyata dalam hubungan globalisasi ekonomi ini di negara berkembang adalah terletak pada masalah modal, Bank Dunia sendiri menganjurkan agar dalam melaksanakan industrialisasi meminjam modal investor asing , sehingga terdapat kesan negatif jika globalisasi itu dapat memusnahkan ekonomi lokal, pesaing-pesaing asing menghancurkan perusahaan lokal, dan bahwa nasib akan ditentukan oleh aktor global yang kadangkala membuat keputusan yang bisa saja memporak porandakan sebuah tatanan di masyarakat. Contohnya adalah seperti yang dialami secara langsung oleh Indonesia dan sejumlah Negara Asia Tenggara dan Asia Timur pada waktu krisis keuangan/moneter pada tahun 1997/1998, hal itu bukan hanya disebabkan oleh adanya kesalahan-kesalahan kebijakan atau kelemahan-kelemahan struktural pada ekonomi negara-negara yang terkena itu, tetapi juga diakibatkan oleh dampak negatif globalisasi di bidang keuangan dan moneter internasional.
Manusia sebagai “homo homini Lupus” sadar bahwa dia tidak tinggal sendirian dan membutuhkan orang lain sehingga tidak dapat hidup sendiri dan bertindak menurut ketentuannya sendiri. Common Awareness tersebut telah membawa kepada sebuah kerjasama antar pribadi, antar kelompok, atau antar perusahaan baik lokal, nasional maupun internasional. Akibatnya, banyak bermunculan kelompok kerjasama baik bilateral, multilateral, regional maupun internasional seperti munculnya International Governmental Organizations (IGO’s) seperti United Nations, OIC (Organization of Islamic Countries), maupun Non-Aligned Movement. Selain itu, kelompok civil society juga tidak mau ketinggalan, mereka mendirikan NGO (Non-Governmental Organizations) yang bergerak di banyak bidang mulai dari sosial, politik, lingkungan, gender, ekonomi, budaya dan lain-lain.
Memasuki era globalisasi, dunia telah menjadi tempat yang tidak berbatas (borderless) satu sama lain. Ditunjang dengan kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, globalisasi telah mengubah batas-batas negara menjadi tidak bersekat satu sama lainnya. Kondisi ini di satu sisi dapat menjadi ancaman bagi suatu bangsa yang tidak siap menerima globalisasi, namun di sisi lain dapat menjadi peluang bagi suatu bangsa yang ingin dapat meningkatkan taraf hidupnya, tergantung sejauh mana suatu negara mampu mengelola pembangunan segala bidang dalam konteks liberalisasi, deregulasi dan tuntutan-tuntutan lain yang datang bersama globalisasi itu, sehingga mau tidak mau setiap bangsa harus menyesuaikan diri pada konstelasi global yang telah berubah dan yang sedang terus berubah sedemikian drastisnya itu.
Berkaitan dengan arus informasi global, siapapun tidak dapat menolak kenyataan akan mengglobalnya arus informasi yang terakses, sehingga membentuk ranah yang disebut dengan masyarakat informasi global, memang dalam ketentuan adanya pembatasan khusus suatu informasi tidak dapat diakses oleh orang lain atau masyarakat banyak semisal untuk proteksi data tertentu atau jika menyinggung dengan masalah hukum privat. Peningkatan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi atau yang dikenal pula dengan Information and Communication Technology (ICT), khususnya melalui kegiatan telekomunikasi secara terus-menerus merupakan dasar bagi terbentuknya masyarakat informasi. Menurut Martin, masyarakat informasi adalah suatu keadaan masyarakat dimana kualitas hidup, prospek untuk perubahan sosial dan pembangunan ekonomi tergantung pada peningkatan informasi dan pemanfaatannya. Sehingga masyarakat yang mendapat kesempatan dan akses informasi secara cepat dan tepat akan jauh lebih maju dibandingkan masyarakat yang ketinggalan informasi. Bahkan menurut Putu L. Pandit, misi utama masyarakat informasi adalah mewujudkan masyarakat yang sadar tentang pentingnya informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, terciptanya suatu layanan informasi yang terpadu, terkoordinasi dan terdokumentasi serta tersebarnya informasi ke masyarakat luas secara cepat, tepat dan bermanfaat.
Runtuhnya pencakar langit Amerika WTC oleh serangan teroris (menurut versi amerika) hanya dalam hitungan detik telah tersebar di seluruh dunia, menunjukkan mengglobalnya informasi terhadap masyarakat luas. Kasus lain adalah rencana invasi Amerika Serikat ke Irak, setelah pengumuman rencana presiden AS, George W. Bush untuk menginvasi Irak, gelombang demonstrasi untuk menentang kebijakan tersebut muncul di mana-mana, bahkan pada tanggal 15 Pebruari 2003, guinnnes book of records mencatat demonstrasi anti perang ini sebagai demonstrasi terbesar sepanjang sejarah umat manusia. Pada saat itu tercatat terjadinya demonstrasi di hampir 800 kota di penjuru dunia. Demonstrasi terbesar terjadi di London dengan tidak kurang 2 juta orang berkumpul di Hyde Park untuk menentang dukungan Tony Blair kepada George W. Bush atas invasi ke Irak.
Dalam pandangan-pandangan yang ada, biasanya globalisasi dianggap sebagai proses satu arah, yaitu hubungan antara negara maju dengan negara berkembang. Sudut pandang ini membuat globalisasi dianggap terkait erat dengan dominasi dan new imperialisme oleh negara maju. Sudut pandang ini menyatakan bahwa suatu kelompok masyarakat atau negara yang mempunyai kekuasaan dominan mencoba untuk mempengaruhi atau memaksa kelompok masyarakat atau negara lain agar mengikuti kemauan mereka. Sementara negara berkembang atau negara dunia ke tiga acapkali diartikan sebagai korban dominasi barat. Perubahan pesat yang diakibatkan globalisasi membawa keterpaksaan golongan minoritas untuk menyesuaikan diri bila ingin survive, seperti yang dikatakan oleh seorang pemikir globalisasi beraliran keras Kenichi Ohmae bahwa negara dan bangsa di dunia seperti dinosaurus yang yang sedang menunggu ajalnya , jika tidak mampu menyesuaikan diri maka golongan minoritas ini akan terus semakin terpinggirkan atau menjadi subordinate.
Proses globalisasi adalah suatu proses dialektik, proses ini merupakan benturan antara hal-hal yang berbeda untuk menghasilkan kesepakatan sosial. Nantinya, kesempatan ini akan dibenturkan dengan keresahan baru dan begitu seterusnya. Globalisasi juga ditandai dengan semakin pendeknya daur hidup sesuatu, kecepatan perubahan semakin tinggi, mengakibatkan sesuatu menjadi sulit dipertahankan dalam waktu yang relatif panjang. Menurut Ali Alatas paling tidak terdapat empat komponen yang menentukan wujud tatanan dunia, yaitu :
1. Kecenderungan ke arah perubahan dalam konstelasi politik global, dari suatu kerangka bi-polar ke kerangka multi-polar
2. Menguatnya gejala saling ketergantungan antarnegara dan saling keterkaitan antar masalah global di berbagai bidang, politk, keamanan, ekonomi, sosial, lingkungan hisup dll. Seiring dengan itu, semakin menguat pula dampak globalisasi dengan segala implikasinya, baik yang positif maupun yang negatif
3. Meningkatnya peranan aktor-aktor non-pemerintah dalam tata-hubungan antar negara
4. Munculnya isu-isu baru dalam agenda internasional, seperti masalah hak asasi manusia, intervensi humaniter, demokrasi dan demokratisasi, good governance, lingkungan hidup dan lain-lain.

Globalisasi sendiri sangat diwarnai oleh perdebatan antara konvergensi dan divergensi dalam politik, ekonomi, kesehatan, hukum dan standarisasi kesejahteraan sosial. Mereka yang mendukung ide dan gagasan konvergensi melihat bahwa dunia telah bergerak untuk mencapai satu tujuan dan praktek sosial yang sama. Terdapat satu standar yang dipercaya universal untuk diterapkan di masing-masing negara. Sementara penganut divergensi melihat sebaliknya, bahwa proses globalisasi semakin mencerai beraikan masyarakat. Tuntutan untuk menjadi dan tetap mempertahankan semangat kedaerahan dan keaslian wilayah semakin tinggi. Hal ini terjadi karena tekanan yang begitu kuat untuk menjadi konformis di era globalisasi.
Sebagai contoh di Perancis seorang pendiri anti-mondalisation Jose Bove, membuldozer rumah makan McDonald, karena dianggap membahayakan rumah makan tradisional (misalnya bistrot) di Perancis. Contoh lainnya adalah demokratisasi, di mana semakin banyak negara yang menghormati hak asasi manusia, kesetaraan, keterbukaan dan transparansi, namun di sisi lain, proses ini juga menghasilkan bentuk penindasan dan dominasi baru yang diyakini akan membahayakan kemanusiaan, bahkan intelektual seperti Brzezinski menyebut abad ini sebagai abad “megadeth” akibat rekor orang yang mati terbunuh, disebutkan sekitar 170 juta jiwa melayang karena perang, terorisme dan pembunuhan masal. Perusakan terhadap segala atribut dan tempat-tempat ibadah al-Qiyadah al-Islamiyah yang terjadi di Indonesia yang ramai diberitakan akhir-akhir ini atas penilaian MUI bahwa ajaran Ahmad Mushafiq itu sebagai aliran sesat, juga diakibatkan oleh adanya pengaruh dan dampak negatif dari globalisasi itu.

Globalisasi menuntut konvergensi?
Convergence atau konvergensi secara harfiah berarti dua benda atau lebih yang bertemu/bersatu di suatu titik, atau pemusatan pandangan mata ke suatu tempat yang amat dekat. Secara umum, konvergensi adalah penyatuan berbagai layanan dan teknologi komunikasi serta informasi (ICTS – Information and Communication Technology and Services). Menurut James O’Bryan & George M ICTS ini merupakan teknologi yang berperan untuk memangkas jarak dan waktu. Teknologi Informasi merupakan kombinasi dari orang (brainware), perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), komunikasi jaringan (network communication), dan sumber data (data resource) yang dikumpulkan, ditransformasikan dan disebarkan menjadi informasi yang berguna dalam suatu organisasi .
Menurut Angeline Lee, Dalam pemahaman teknologi, kegiatan konvergensi (convergence) adalah teknologi-teknologi utama yang saling berkonvergensi dikualifikasikan secara umum sebagai teknologi telekomunikasi atau komunikasi (communication), komputerisasi atau komputasi (computing), dan isi atau muatan (content). Dalam arti paling umum, konvergensi berarti runtuhnya penghalang lama yang sebelumnya memisahkan ICTS dalam hal pengaruh terhadap kepemilikan, penggunaan dan akses teknologi informasi, yaitu : antara sebuah industri dengan industri lain, antara aplikasi dengan aplikasi, antara produser dan konsumen, antara sebuah negara dengan negara lain :
1. Industri-Industri: Konvergensi teknologi-teknologi baru melenyapkan perbedaan fundamental antara berbagai industri: Antara industri telepon dan industri komputer, antara pencipta content (isi pesan) dan pentransmisinya, dll. Industri-industri yang dulunya berbeda dan terpisah, kini berkonvergensi menjadi industri yang lebih tercampur dan terpadu, baik lewat merger, akuisisi, dan persaingan pasar.
2. Aplikasi-Aplikasi: Konvergensi ini paling dirasakan oleh konsumen, ketika mereka secara pribadi merasakan runtuhnya pemisah antara berbagai teknologi dan aplikasi komunikasi dan informasi. Teknologi telepon, misalnya, kini sudah bercampur dengan mesin penjawab, fax, photocopy, printer, scanner, Internet. Handphone juga bisa digunakan untuk menerima e-mail dan melakukan transaksi perbankan. Kini banyak piranti informasi bisa melakukan apa saja.
3. Produser-Konsumen: Yang terutama penting bagi kalangan minoritas adalah perkembangan Internet telah membongkar tembok pemisah antara produser (pembuat pesan) dan konsumen. Kini siapa saja bisa membuat dan mengirim pesan lewat Internet ke audience yang jauh lebih besar. Dan pesan yang dibuat itu tidak melalui saringan dari pihak pemerintah ataupun swasta komersial.
4. Negara-Negara: Konvergensi ini menembus batas teritorial negara dan batas “budaya nasional”. Infrastruktur Informasi Nasional pada dasarnya telah berkembang menjadi infrastruktur informasi global. Kelompok-kelompok etnis tetap bisa berhubungan dengan “tempat tinggalnya”, yang menghubungkan masyarakat Minang yang tinggal dan hidup di Amerika dengan masyarakat Minang di kampung asalnya di Sumatra Barat.

Sebagian khalayak menganggap bahwa setelah "ledakan" internet pada tahun 2000, pertumbuhan teknologi komunikasi informasi tersaturasi menuju ke kemandekan yang berkepanjangan yaitu dengan melihat terjadinya penyusutan pertumbuhan yang sangat drastis pada teknologi komputer. Sementara orang menganggap, terutama setelah Lenovo membeli divisi komputernya IBM, era komputer akan berakhir dan migrasi menuju kecepatan komputasi di atas 3 GHz akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun, bersamaan dengan kondisi ini, muncul fenomena lain yang sangat menarik untuk disimak. Teknologi komunikasi berkembang dalam pacu yang sangat menakjubkan dan menjadi motor pertumbuhan teknologi komunikasi informasi dalam sebuah kesatuan konvergensi yang luas dan mendalam.
Banyak pengamat yang memperkirakan kalau pertumbuhan ponsel juga akan mengalami bubble seperti yang terjadi pada industri internet di ujung tahun 1990-an. Ternyata, statistik teknologi GSM untuk tahun 2004 ada penambahan pelanggan baru sebanyak 350 juta di seluruh dunia, dan total keseluruhan pelanggan dunia yang memanfaatkan teknologi GSM ini mencapai 1,7 miliar orang. Memang, ketika pasaran Eropa mencapai tingkat saturasi, justru pasaran regional lain mengalami pertumbuhan yang fantastis dan menggiurkan siapa saja. Pada tahun 2004, tercatat 10 negara yang mengalami pertumbuhan luar biasa, di antaranya RRC, Rusia, AS, India, Brasil, Filipina, Indonesia, Turki, dan Ukraina. Seperti dalam industri telepon Ponsel sekarang mencari bentuknya sendiri, tidak lagi hanya menjadi perangkat yang terbatas untuk melakukan percakapan, teapi menjadi bagian dari gaya hidup seseorang. Bahkan beberapa produsen ponselpun mulai memperkenalkan produknya tidak lagi sebagai ponsel, tetapi sebagi sebuah computer genggam karena berbagai fitur yang dimilikinya sudah memiliki kemampuan sebagai computer yang bias digenggam. Ponsel Nokia N95, misalnya, adalah sebuah ponsel yang dikategorikan sebagai computer yang bisa diajak berbicara dengan berbagai fitur yang setara dengan sebuah komputer.
Di sisi lain, kalangan industri telekomunikasi nirkabel memacu terus infrastruktur jaringan nirkabel ini dengan memperkenalkan berbagai teknologi baru yang lebih canggih, di antaranya yang akan menjadi tren masa depan adalah teknologi Wideband CDM (WCDMA). Kalangan industri sekarang tidak lagi membahas suara sebagai sentra utama teknologi jaringan mereka, tetapi memacu perkembangan jaringan nirkabel ke tahapan yang lebih maju dengan menjadikan pertukaran arus informasi paket data sebagai sentra aktivitas. Kebutuhan kita akan akses telepon nirkabel memang menjadi tidak terbatas sama sekali (lihat grafik Kebutuhan Pengguna Masa Depan). Kehadiran teknologi 3G, Super 3G, 4G, WiMAX, dan sejenisnya dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi akan mengubah cara kita menggunakan dan berpikir tentang telepon. Ini antara lain yang kemudian memacu konvergensi di kalangan industri telekomunikasi nirkabel dengan memasukkan sebanyak dan sebisa mungkin berbagai fitur perangkat keras dan perangkat lunak ke dalam ponsel.
Motorola mengumumkan akan memasang aplikasi peer-to-peer Skype, memungkinkan percakapan digital jarak jauh menjadi lebih murah dari yang ditawarkan perusahaan telekomunikasi manapun. Sony Ericsson yang menghasilkan ponsel sejenis T610 dan P910i juga merencanakan akan "menghidupkan kembali" merek paling populer pada tahun 1970-an Walkman pada ponsel- ponsel terbarunya. Sony, yang dikenal sangat kuat dalam dunia hiburan, menyadari perlu mengambil strategi baru menghadapi kesuksesan iPod yang dikembangkan Apple Computers. Apalagi, Motorola merencanakan untuk juga memasang aplikasi iTunes pada ponsel terbarunya yang memungkinkan pengguna ponsel men-download musik-musik digital kapan saja. Semua ini menunjukkan betapa konvergensi menjadi tidak terhindari sama sekali. Apalagi, ketika raksasa ponsel Nokia akhirnya mengumumkan akan menggunakan sistem operasi Windows Mobile Phone buatan Microsoft yang mulai meluas pangsa pasarnya pada sistem operasi ponsel genggam.
Salah satu contoh lain dari globalisasi berkaitan dengan konvergensi adalah perangkat teknologi komunikasi yang semakin populis. Setiap pengguna dapat mengakses sistem komunikasi global, selain karena biaya yang relatif rendah, juga dukungan perangkat lunak yang kian mudah di dapat dan familiar, ini ditunjukkan oleh para teknolog dengan memberikan kontribusi gratis (freeware) agar sistem operasi global bertambah kuat. Adanya sistem informasi dan komunikasi yang open source untuk otomasi perpustakaan seperti open biblio, dynix, Ex Libris, brodart, endeavor, follet software dll, lebih menunjukkan adanya kecenderungan untuk berbagi informasi dan pengetahuan yang mengglobal ini.
Hal lain juga ditunjukkan oleh pengintegrasian teknologi informasi dan komunikasi dengan media massa. Media massa yang tadinya merupakan komoditi yang dijual dan disampaikan secara terpisah, sehingga masyarakat harus menyediakan dana dan daya yang relatif besar, telah dipermudah dengan adanya internet dan multi media yang melahirkan media digital, diantaranya dengan mengumpulkan berbagai media massa itu. Apalagi dengan munculnya berbagai surat kabar digital, melalui portal yang menyediakan informasi secara independen, tidak terkait dengan media massa konvensional, maka pengguna memiliki peluang untuk mengakses surat kabar digital, baik yang merupakan ekstensi dari media massa konvensional maupun yang berdiri sendiri. Dengan adanya konvergensi ini, maka informasi menyatu dalam suatu sistem surat kabar digital yang dapat diakses dengan energi yang jauh lebih kecil untuk mendapatkan informasi spesifik yang diperlukan. Lalu apakah konvergensi ini menjurus ke kompetisi (persaingan antarmedia dan media yang lebih beranekaragam)atau konsentrasi (penumpukan kepemilikan media dan monopoli), Menurut Satrio ada dua kemungkinan yaitu :
1. Konvergensi mendorong terjadinya kompetisi yang lebih besar, digitalisasi membuka seluruh pasar bagi kompetisi, dengan merendahkan prasyarat masuk (entry barrier). Bahan mentah (raw material) bagi semua industri media ini kini adalah nol-dan-satu yang didigitalkan. Jika media-media ini diibaratkan ikan, memang ada ikan-ikan yang jadi lebih gemuk karena memakan ikan-ikan lain. Tetapi ukuran kolam ikannya sendiri juga semakin besar. Ini berarti tingkat konsentrasi media tidak menjadi lebih besar, dan mungkin justru makin berkurang.
2. Konvergensi mendorong terjadinya konsentrasi yang lebih besar, hal ini ditunjukkan oleh terjadinya merger antar media, mendorong konsentrasi kepemilikan. Contoh, 75 persen dari seluruh suratkabar Amerika dimiliki oleh jaringan suratkabar nasional, dan empat dari jaringan tersebut mengontrol 21 persen pasar. Kepemilikan silang perusahaan media dengan perusahaan non-media (perusahaan minyak, energi nuklir, dsb), membuat perusahaan media kurang kritis terhadap praktik perusahaan-perusahaan non-media yang “bersaudara” dengannya.

Konvergensi berbagai perangkat teknologi komunikasi informasi dewasa ini memang memberikan petunjuk kuat bahwa kemajuan sudah tidak mengenal lagi bentuk-bentuk monopoli maupun dominasi, baik sebagai perangkat keras maupun lunak. Teknologi yang bermunculan sekarang ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, tergantung dari persepsi yang ingin dikejawantahkan untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya. Pertumbuhan industri seluler di Indonesia menjadi fenomena yang luar biasa. Pengguna telepon seluler yang hanya satu juta pada 10 tahun lalu menjadi 60 jutaan pada 2007 merupakan pasar yang tak terkirakan sebelumnya.

Marketing dan Tantangan Pemerintah dalam Menghadapi Konvergensi teknologi
Meskipun marketing merupakan satu kata namun melihat realitas dan kenyataan hingga sekarang ini mengandung implikasi makna-makna lainnya, terutama di saat semua orang bisa mengakses informasi dengan lebih leluasa. Tak ada sepuluh tahun lalu, media yang dikenal masyarakat hanyalah televisi, radio dan koran. Ketiganya adalah push information (orang menerima apa adanya informasi yang disajikan televisi), tetapi dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, informasi sekarang bersifat terbuka dan integral menyeluruh, karena setiap individu dapat mencari informasi yang diinginkannya kapanpun saja. Bahkan dewasa ini berkembang apa yang dinamakan dengan Blog (blogger) milik individu yang dapat memanipulasi bentuk informasi apapun ataupun situs-situs berbasis komunitas yang memungkinkan semua orang bisa saling bertukar informasi dan pengetahuan dalam waktu cepat dengan biaya rendah. Di saat information overloaded inilah, kata marketing memiliki makna yang berbeda dengan sepuluh tahun silam. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah, perilaku pemain pasar yang seperti apa yang bisa dikategorikan per se illegal, dan yang mana yang harus melalui proses evaluasi dan kajian sebelum ditentukan ilegal atau tidak. Apakah KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) bisa menetapkan ilegal terhadap usaha-usaha marketing/advertising Telkomsel-IM3 yang dicurigai dikendalikan oleh Temasek untuk memukul pemain pasar lain keluar?
Membahas ‘marketing’ dan ‘persaingan usaha yang sehat’ di masa kebanjiran informasi ini adalah bagian dari pengaturan konvergensi media di Indonesia. Di satu sisi, ada sebuah gurita pasar yang kian membesar (network of markets), di sisi lain ada daerah lain di Indonesia yang belum tersentuh perkembangan teknologi dan konvergensi sama sekali, sangat ironis. Konvergensi bisa terjadi terhadap platform (fixed telephony dan mobile telephony), layanan (televisi melalui jaringan broadband), peralatan (mobile TV), ataupun pemain industri.
Konvergensi memang sedang bermain-main merambah penjuru kota dan desa di Indonesia. Di saat konvergensi terjadi, inovasi tak hanya terjadi seputar teknologi tapi juga marketing ataupun manajemen. Yang pasti, langkah integrasi vertikal dan horizontal telah dilakukan banyak pemain pasar dominan hari ini. Langkah ini adalah selain untuk efisiensi usaha, juga untuk tujuan mempertahankan posisi dominannya. PT Telkomsel, Tbk (anak perusahaan PT Telkom, Tbk) dan PT Indosat Mega Multi Media/IM3 (anak perusahaan PT Indosat, Tbk) ternyata masih dimiliki oleh Temasek Singapura, baik secara langsung ataupun melalui anak perusahaan Temasek. Bimantara telah melakukan integrasi vertikal yang cukup strategis selama periode 5 tahun terakhir ini; situs OkeZone adalah langkah termutakhir setelah menambah jajaran usaha radio, media cetak, dam telepon selular sistem CDMA. Selain itu, muncul pula Lippo sebagai pemain baru di industri telekomunikasi. Sebelumnya Lippo hanya ‘bermain’ di industri televisi berlangganan.
Perkembangan teknologi kiat pesat. Adanya konvergensi media dan teknologi yang cepat di satu pihak membuat kemajuan dan kemanfaatan yang sangat besar bagi pemerintah, di pihak lain pemerintah memiliki tantangan dan pekerjaan berat dengan maraknya konvergensi teknologi dalam membuat deregulasi baru. Berbagai peraturan yang dibuat yang berkaitan dengan teknologi, mau tidak mau harus bisa mengikuti alur perkembangan teknologi itu sendiri.
Beberapa waktu yang lalu KPPU sedang melakukan investigasi akan adanya kolusi dua operator telepon selular Telkomsel dan IM3. Kolusi tidak bisa dianggap per se illegal hanya karena adanya penetapan harga bersama (price fixing) atau EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization) kedua pemain ini tinggi.
Ada sebuah catatan khusus tentang masalah kemungkinan kolusi ‘Telkomsel-IM3′. Di saat pemain di satu pasar (yang merupakan pemain incumbent, atau pemain lama) harus menghadapi pemain-pemain baru seperti Lippo Telecom yang juga merupakan anak perusahaan dari sebuah konglomerasi usaha global, tindakan yang harus ia lakukan adalah mempertahankan posisinya. Kecenderungan incumbent menghadapi pemain baru (new entrant) yang kecil adalah melakukan kampanye iklan untuk tetap bertahan dominan. Kecenderungan incumbent menghadapi pemain baru yang memiliki jaringan usaha besar tentu menjadikan pasar lebih dinamis. Tarif berlangganan atau pulsa mungkin akan diturunkan, dan bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama. Hal lain yang mengubah dimensi struktur pasar dalam rangka efisiensi adalah kemungkinan beberapa operator selular seperti esia (Bakrie Telecom), XL (Excelcomindo) dan Mobile-8 (Bimantara) akan merger atau melakukan aliansi strategis. Merger, akuisisi dan aliansi strategis telah terjadi di industri televisi dan radio beberapa waktu tahun terakhir; sampai saat ini tinggal segelintir pemain dominan dibanding di akhir 2002 saat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran memberikan ruang untuk televisi lokal hadir. Polarisasi kepemilikan media elektronik dan cetak yang semakin jelas kemudian akan menuju ke satu titik pasar konvergensi dengan industri telekomunikasi dan internet.
Dinamika pasar di satu titik harus disikapi dengan tindakan ex post atau pemantauan dan evaluasi KPPU. Kondisi-kondisi hari ini merupakan upaya mencapai titik ekuilibrium pasar. Terjadinya fenomena ‘harga SMS turun hingga Rp 0,-’ yang dilakukan oleh operator Three, bisa dilihat sebagai keuntungan sementara bagi publik. Namun berapa lama Three mampu melakukan ‘jual rugi’ atas produknya ini, dan berapa lama pula Telkomsel dan IM3 bertahan dengan EBITDAnya yang tinggi itu. Mengkaji prediksi-prediksi seperti ini tentu merupakan pekerjaan berat bagi KPPU.
Satu catatan khusus tentang KPPU: Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sedang direvisi di DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) hari ini. Undang-undang ini adalah ex ante regulation bagi pemain pasar di segala sektor. Ada beberapa pasal Undang-undang ini yang lex imperfecta, seperti Pasal 28 dan Pasal 29 yang baru bisa diimplementasikan setelah Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP). Selain masalah prosedural inilah ada masalah lain yang lebih legal-filosofis yang harus menjadi pertimbangan revisi Undang-undang:
a. Kompetisi yang sehat adalah bentuk kompetisi yang efektif sehingga semua pemain di setiap sektor usaha bisa memberikan barang/jasa yang murah dengan kualitas baik.
b. Khusus untuk pengaturan sektor telekomunikasi dan informasi, ada dimensi sosial dan budaya yang harus diterapkan sejalan dengan semangat otonomi daerah. Sekalipun demikian, penerapannya di daerah tidak selalu menyebabkan tingginya harga ‘law enforcement’ di sana.
c. Terkait butir “b” di atas, pengaturan yang sejalan dengan otonomi daerah adalah untuk menggairahkan pilar ketiga dari pembangunan: yaitu pemerataan. Rendahnya teledensitas di Indonesia merupakan kegagalan pemerintah membangun infrastruktur kabel listrik dan jalur transportasi yang memadai.

Memang, perpaduan teknologi serta inovasi yang dihasilkan dari teknologi informasi dan telekomunikasi, mempengaruhi pola pandang manajemen pengaturan atau regulasi yang telah ada, karena konvergensi teknologi menghasilkan berbagai jenis layanan baru yang belum ada sebelumnya. Kompetisi dalam mengembangkan produk teknologi informasi dan telekomunikasi sebaiknya diserahkan kepada mekanisme pasar nasional dan global. Pemerintah hanya memfasilitasi agar industri asing yang masuk turut mengembangkan industri lokal melalui pertukaran ilmu pengetahuan.
Sebagai contoh, pemerintah pernah mengeluarkan peraturan mengenai telekomunikasi, dan juga peraturan mengenai penyiaran. Antara telekomunikasi dan penyiaran keduanya akan semakin menyatu akibat konvergensi teknologi. Sehingga barangkali perlu sebuah peraturan yang sekaligus mencakup kedua hal tersebut. Dan ini bukan pekerjaan yang mudah, karena harus melibatkan berbagai pihak terkait (misal: Ditjen Postel, Direktorat Penyiaran, KPI, dll). Terkait dengan hal ini, belakangan kita sering mendengar mengenai RUU ITE (Rancangan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik). Terlepas dari pro dan kontra mengenai isi dari RUU ITE tersebut, yang jelas kebutuhan akan regulasi dibidang ini sangat mendesak.
Regulasi diperlukan berupa aturan yang tidak lagi berdiri sendiri dengan hanya mengatur sektor telekomunikasi. Konvergensi teknologi telekomunikasi ternyata harus pula diikuti dengan konvergensi regulasi. Beberapa kasus yang bermunculan seperti isu hak kekayaan intelektual dalam ring back tone, dugaan kartel dalam penarifan, kepastian perizinan frekuensi merupakan dampak dari regulasi yang belum berkonvergensi. Dan disinilah tantangan pemerintah agar dapat lebih cerdas dalam mengikuti perkembangan teknologi. Dan pihak di luar pemerintah ada baiknya tidak sekedar memberikan kritik, tapi juga saran membangun.

Hubungan Globalisasi dan Konvergensi dengan perpustakaan
Menurut W. Jamess Potter tidak semua orang mendapatkan kemudahan dalam mengakses informasi, hanya kalangan tertentu saja, seperti kaum terpelajar dan sebagian orang yang secara financial cukup makmur yang bisa mengakses informasi dengan baik. Perpustakaan harus merespon adanya kemajuan teknologi dalam komunikasi dan informasi itu untuk menyebarkan content informasi seluas-luasnya kepada pengguna, hal yang patut diberikan apresiasi terhadap mengglobalnya kebutuhan informasi itu adalah adanya peningkatan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ini ke lingkungan kampus untuk mendukung berbagai hal yang terkait dengan sarana dan prasarana kampus, dan sering disebut dengan Cyber Campus. Seperti adanya bandwith yang semakin diperbesar karena adanya peningkatan yang tajam penggunaan internet sebagai fasilitas belajar, fasilitas teleconference, grid computing untuk riset, hotspot dan lain sebagainya, yang dalam waktu dekat akan memaksa para civitas akademik untuk dapat menjadi literate person, baik dalam hal kemampuan mendapatkan dan menggunakan informasi secara tertulis, seperti informasi dalam buku, jurnal, koran, proseeding, makalah, penelitian dan lain-lain, atau informasi yang tersedia dalam bentuk digital seperti informasi dalam CD-ROM, DVD, internet atau media berbasis web, atau lewat media lain seperti siaran radio atau film, dan lain-lain.
Perpustakaan dapat mengikuti jejak Amerika Serikat dan negara-negara industri di barat, web dan internet dianggap sebagai sebuah lingkungan literasi yang netral secara budaya, dan dijadikan sebagai suatu media yang kaya teknologi yang didalamnya seseorang penulis dapat memasukkan pesan-pesan, dokumen, laporan, untaian kata ataupun gambar yang sengaja dibuat dan didistribusikan lalu dibaca dan diterima oleh pengguna lain, dan hal ini dilakukan oleh setiap orang baik yang berkecimpung di bidang bisnis, korporasi, sekolah atau di pemerintahan tanpa mempermasalahkan perbedaan-perbedaan budaya.
Perpustakaan perguruan tinggi tidak akan menjadi pusat informasi tanpa adanya upaya peningkatan pelayanan terhadap kebutuhan informasi penggunanya, perpustakaan berfungsi untuk menyediakan, mengolah, menyimpan, dan menyebarkan informasi-informasi yang dimilikinya secara luas kepada pengguna. Adanya konvergensi dalam dunia komunikasi dan informasi sangat membantu perpustakaan dalam meningkatkan layanan kepada pengguna, misalnya dengan melakukan digitalisasi koleksi-koleksinya. Dengan perpustakaan digital dapat lebih memungkinkan terwujudnya kerjasama antar perpustakaan secara lebih luas. Bahkan dengan perpustakaan digital siapapun dari tempat manapun akan dapat lebih mudah untuk mengetahui koleksi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan yang jauh dari jangkauan tempat tinggalnya. Adapun dengan terbentuknya jaringan kerjasama antar perpustakaan digital akan lebih memungkinkan lagi terwujudnya penyebaran dan pemanfaatan informasi secara lebih luas, yang pada gilirannya akan mempengaruhi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada suatu masyarakat. Menurut Chowdhury perpustakaan digital merupakan perpustakaan yang paling penting dalam teknologi berbasis web karena peranannya yang besar dalam memberikan akses informasi yang dimilikinya.
Bahkan hasil workshop IEEE CAIA dengan tema Workshop on intelligent Access To On-Line Digital Libraries menyatakan bahwa digital Library adalah berkumpulnya komputasi digital, penyimpanan, dan komunikasi mesin yang bersinergi dengan perangkat lunak yang dibutuhkan untuk mengolah kembali koleksi dengan memberikan manfaat yang lebih besar terhadap layanan-layanan perpustakaan konvensional,baik menyangkut koleksi tercetaknya atau dalam pekerjaan rutin, seperti pengkoleksian, pengkatalogan, maupun dalam pencarian informasi. Sebuah perpus digital yang full service harus menyempurnakan semua layanan utama perpustakaan tradisional dan juga menggunakan/memanfaatkan keuntungan dalam menyimpan, mencari dan mengkomunikasikan informasi. Tanpa usaha tersebut perpustakaan akan meninggalkan jati dirinya dan berubah menjadi seperti musium yang menyimpan informasi-informasi yang dibukukan, sehingga peran perpustakaan akan terpinggirkan seiring cepatnya akses terhadap informasi dari media lain seperti internet karena perkembangan dunia informasi yang menuntut perubahan-perubahan dan pencapaian yang serba instan dan cepat.


KESIMPULAN
Dibutuhkan strategi untuk memanfaatkan globalisasi dan harus melibatkan upaya-upaya untuk mengatasi dampak negatif globalisasi secara sadar dan terarah. Sustainable globalization antara lain dapat dilakukan dengan merentangkan suatu jaring pengaman. Akan tetapi di samping tindakan yang bersifat defensif itu agenda utama bagi suatu masyarakat untuk mengambil bagian dalam globalisasi adalah upaya untuk terus menerus mengembangkan sumber daya manusianya (SDM) agar sebanyak mungkin anggota masyarakat dapat ikut serta. Dengan demikian akan terjadi(meminjam istilah Giddens) globalization from below, yaitu globalisasi dari bawah.
Dengan semakin meluasnya teknologi informasi dan telekomunikasi, diharapkan dapat semakin bertambahnya wawasan/pengetahuan yang didapat oleh masyarakat mengenai teknologi informasi dan telekomunikasi, dan masyarakat pun dapat menggunakannya/memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Jadi, masyarakat kita pun tidak tertinggal dengan bangsa-bangsa lainnya, dan tidak mengalami gagap teknologi dan mampu mengaplikasikannya dengan sebaik mungkin. Memang globalisasi seharusnya dilihat sebagai tuntutan yang berasal dari kepentingan masyarakat itu sendiri.
Seperti apa yang dikatakan oleh Amartya Sen, pemenang hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 1998, teknologi harus berpihak dan mengabdi pada manusia dan Francis Bacon (1561-1626), seorang filsuf Inggris yang mengatakan bahwa ”Pengetahuan itu kekuasaan”. Tak ada yang lebih baik bagi kemajuan di masa depan kecuali melalui teknologi. Maka yang harus dilakukan dalam konteks perkembangan TI dan globalisasi ini adalah membangun kembali keberpihakan TI melalui strategi yang membela masyarakat yang selama ini ditinggalkan dan diabaikan dalam arus globalisasi.
Pada akhirnya, globalisasi tidak hanya dipandang sebagai sebuah proses yang tunggal dan niscaya (inevitable), namun lebih harus dipandang sebagai sebuah proses yang harus dikritisi dalam perkembangannya. Globalisasi memiliki sisi baik dan buruk yang berdampak besar terhadap seluruh kehidupan manusia di dunia karena ruang lingkupnya yang luas. Oleh karena itulah, yang terpenting sekarang bukanlah mengambil secara mentah atau menolak konsep globalisasi yang ditawarkan, namun lebih kepada bagaimana globalisasi ini dapat dikendalikan menjadi sebuah proses yang lebih berkeadilan global.


















DAFTAR BIBLIOGRAFI

1. Alatas, Ali, Tatanan Politik Dunia Abad XXI, dalam Indonesia Abad XXI : Di Tengah Kepungan Perubahan Global. Jakarta : Kompas, 2000

2. Aziz, Rahimah Abdul, Globalisasi Dalam Era Pembangunan : Pengalaman Malaysia, dalam Masyarakat Budaya dan Perubahan, editor Rahimah Abdul Aziz dan Mohamed Yusoff Ismail. Selangor : Malindo Printer, 2000

3. Budiman, Arif, Negara dan Pembangunan : Studi Tentang Indonesia dan Korea Selatan. Jakarta : Yayasan Padi dan Kapas, 1991

4. Chowdhury, G.G. and Sudatta Chowdhury, Introduction to Digital Libraries, London : Facet Publishing, 2004

5. Embong, Abdul Rahman, Negara Bangsa Dalam Arus Globalisasi, dalam Malaysia Menangani Globalisasi : Peserta atau Mangsa? Disunting oleh Norani Othman dan Sumit K. Mandal. Selangor : Universiti Kebangsaan Malaysia, 2000

6. Fakih, Mansour, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta : Insist Press, 2001

7. Firmansyah, Globalisasi : Sebuah Proses Dialektika Sistemik, Jakarta : yayasan sad Satria Bhakti, 2007

8. Hawisher, Gail. E &Cynthia L. Selfe (Editor), Global Literacies & world-wide web, London : Routledge, 2000

9. Martin, William J., The Global Information Society”, Hampshire:Aslib Gower, 1995

10. Mittleman, J.H., Globalization : Critical Reflection. Boulder and London : Lynne Reinner Publishers, 1996.

11. Potter, W.James, Theory Of Media Literacy : a Cognitive Approach, London : Sage Publication, 2004

12. Reitz, M. Joan, Dictionary For Library and Information Science. Westport : Libraries Unlimited, 2004

13. Siregar, Ashadi, Membaca Surat Kabar Digital : Membaca Wajah Populis Teknologi Media, dalam Indonesia Abad XXI : Di Tengah Kepungan Perubahan Global. Jakarta : Kompas, 2000

14. Summer, Della(Editor), “Longman : Active Study Dictionary of English”, 1985

15. Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan : Dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi, Jakarta : Panta Rei, 2005

16. Kompas, Senin, 1 Oktober 2007

17. http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2006/10/konvergensi-media.html, 4 Nop 2007

18. http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/opini/1id26683.html 4 Nop 2007

19. http://klmpk2.blogspot.com/2007/08/transformasi-teknologi-informasi.html, 4 Nop 2007